Senin, 26 Oktober 2009

Babak Baru Kehidupan

HUAHAHAHAHAAAAA………..HAHAHAHAAAA……..
HA………..HAAAAAA…

Ketemu lagi sama RADEN MAS PHOLENK…….untuk kesekian kalinya saya haturken puji syukur kehadirat Gusti Allah, yang mana tanpa hentinya memberiken limpahan rahmad dan anugerah terutama buat RADEN yg notabene masih agak sungkan kalau diajak main ke Masjid ini.

Yaaach tolong dimaklumi saja, namanya orang hidup kalo lalgi enak boro-boro inget sama yang ngasih hidup. Ingetnya kalo pas lagi tanggung bulan, atawa pas lagi mampet kemana-mana. Tapi saya mohon do’anya saja mudah-mudahan saya diberiken hidayah agar semakin dekat sama Gusti .

Ngomongin soal hidup, walopun saya juga baru 27 tahun menginjakken kaki di dunia ini, Cuma tak ada salahnya, saya sekedar membagi pengalamam yang pernah saya alami. Karena menurut perkataan seorang ahli filsafat ataupun ahli nujum sekalipun menyatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga.

27 tahun yang lalu tepatnya tanggal 11 Juni 1982 kalo ndak salah hari jum,at pon kurang lebih jam 13.25 menit ibuk saya merasaken mules di perutnya, mungkin waktu itu si jabang bayi dah gak sabar pengin ngeliat indahnya dunia, jadi langsung saja bapak saya nyetater motor bututnya kerumah seorang bidan yang menurut cerita baru ada satu-satunya di kecamatan tempat saya tinggal. Jadi walopun waktu itu kehidupan bapak dan ibuk saya masih sangat sederhana, tapi saya merasa berterima kasih karena seidak tidaknya saya lahir di tangan seorang bidan.

Setelah ibuk saya perang sabil, perang hidup dan mati lahirlah bayi laki-laki dengan berat +/- 4 kg, selang 5 hari kemudian bayi itu di beri nama “Catur Sabekti Nur Hidayat”, dimata saya nama tersebut begitu besar makna yg terkandung di dalamnya.
Catur : dalam bahasa sanskerta berarti empat menandaken bahwa bayi itu anak ke empat
Sabekti : berbakti yang bermakna do’a dari kedua orang tua agar kelak anak ini berbakti kepada Agama, Orangtua dan Negaranya.
Nur : Cahaya, sesuai dengan makna jamaknya cahaya adalah penerang dalam kegelapan
Hidayat: Anugerah yang tiada terkira dari Gusti Allah.

Tak enak lah kiranya kalo saya ceritakan masa bayi sampai masa anak-anak saya, karena tiada hal yang istimewa disana.


BERSAMBUNG